TIDAK PERCAYA COVID-19? BENERAN?

Februari 2021 kemarin aku pindah ke kantor baru. Dengan pekerjaan, sebutan , dan dikelilingi orang-orang baru. Ada beberapa sih yang sudah dikenal, tapi tetap saja aku menyebut diri sendiri sebagai Newbie. Kali ini aku tidak membahas tentang pesan dan kesan ku sebagai newbie di tempat baru, karna ini bukan diary anak SMP gaes. Dan, kalau aku jabarkan panjang lebar kan hitungannya jadi “curhat” gak sih?? Netizen says: “Ya ampun….memangnya ada apa??? Sehingga nya nggak mau share. Tuh kan…tuh kan…pasti gini gitu..”. Skip..

Jadi, mau bahas apa sih?? Aku mau bahas soal vaksin. Vaksin covid yang sekarang beritanya sejajar dengan berita gosip artis papan cucian. Jadi, tempat aku bekerja itu bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melakukan vaksin bagi pegawainya. Baik pegawai asli maupun palsu. Lah apasih. Maksudnya, bagi pegawai dan tenaga alih daya. Salah satu tenaga alih daya itu adalah pekerja cleaning service. Dan, salah satu dari CS (Cleaning Service) tersebut tidak mau untuk divaksinasi covid-19 dengan alasan dia nggak yakin dengan adanya covid apalagi vaksinnya. Gitu kata dia via japri ke aku.

Ngiming-ngiming tentang covid-19, aku yakin pake super duper banget kalau si CS ini hanya lah seper-per-per bagian dari begitu banyak nya jumlah orang yang tidak yakin akan adanya covid-19. Kenapa?? Kalau banyak yang yakin dengan adanya covid, nggak mungkin masih saja ada orang berkerumun manja di luaran sana. Termasuk aku. Omaigat… berat sekali mengetik ini. Jelas, aku saja yang sudah pernah terpapar covid sampai hampir 2 bulan, sekarang terkadang masih suka lengah akan prokes. Masih suka lepas masker, jajan di luar, berkumpul dengan teman, dll..dll. Sedikit besar kepala karena informasi antibodi kurang lebih 3 bulan bagi penyintas, jadi kayak-kayak sok hebat gitu. Aku lo…aku maksudnya.

Aku saja sebagai penyintas terkadang beralibi seperti itu, apalagi orang-orang yang dari awal tidak yakin. Entah sudah atau belum terpapar virus, atau mungkin sudah pernah terpapar tapi tidak ambil pusing karena tentu saja kondisi setiap orang berbeda. Tapi, waktu si CS itu japri aku dengan alasan kejanggalan-kejanggalan seperti aturan yang berubah-ubah dan sesuai kebutuhan ekonomi, ingin rasa berdebat tapi hati kecil berkata itu percuma. Sak karepmu…

Aku gak pernah tau tentang peraturan yang berubah ataupun tentang kebutuhan ekonomi. Ntahlah, rasanya waktuku belum sebanyak itu untuk memikirkan alasan-alasan yang dibilang si cs. Karna waktuku sudah habis tersita untuk bekerja, main hp, dengar yutub, main dengan anak, masak untuk suami dan anak-anak, atau sekedar main mobile legend. Mungkin aku yang apatis dan dia yang terlalu aktif memikirkan negeri ini. Tapi sebagai penyintas, sebagai orang yang indra penciumannya hilang selama 1 minggu, mendadak sesak kalau mau tidur, harus isolasi mandiri 1 bulan, dan melihat seluruh orang rumah demam karna tertular dari aku trus dengar ucapan si pak CS dengan alasan kejanggalan-kejanggalannya itu kayak yang pengen nyumpahin gitu lo. Tapi dosa yakan….

Jadi intinya, dia enggak mau di vaksin. Dan, dia japri aku dengan alasannya itu. Aku pun bingung harus berdebat atau bagaimana. Karna meyakinkan orang yang tidak pernah mengalami itu rasanya kayak membuat inovasi manusia bisa terbang dengan menggunakan kedua tangannya. 99% gak mungkin. Di satu sisi aku geram, tapi sisi lain aku mikir juga “bersedia atau tidak bersedia untuk divaksin itu adalah hak azasi manusia”. Aku juga cari dukungan dari grup gosip geje aku yang di Medan dan mereka berpendapat yang sama. Kita nggak bisa memaksakan orang lain untuk percaya atau mau divaksin, tugas utama kita hanya mengingatkan mereka dan semoga aja mereka mau peduli. Kalau nggak mau peduli ya, berarti kita yang normal yang harus peduli dengan diri kita sendiri.

Aku sudah di vaksin? Belum. Karna belum genap 3 bulan. Sok bilangin orang padahal diri sendiri pun belum yakan. Heheheh… -Sekian-

MOODY = GHOSTING?

Sering sekali menulis di blog, tapi tiba-tiba kehilangan mood terus berhenti dan klik close di tab wordpress. Mungkin jumlah 44 draft tidak terlalu banyak sih ya untuk menggambarkan ke-tidak mood-an yang kerap muncul di pertengahan tulisan. Sampai akhirnya, pas rasa bosan dan berani tiba-tiba muncul, aku hapus beberapa draft tanpa membaca apa isinya. Sampai akhirnya tersisa 23 draft yang entah dari berapa tahun lalu.

Banyak ngga sih yang tiba-tiba kehilangan mood pas lagi ngerjain sesuatu. Atau, untuk bocil-bocil yg hatinya sedang lope-lope ngalamin yang namanya mendadak hilang rasa pas lagi sayang-sayangnya. Huaahahhaha….

Tiba-tiba kehilangan mood pas ngerjain sesuatu itu benernya tergantung dari motivasi awal kita pas mau ngerjain sesuatu. Kalau memang nggak penting-penting banget kayaknya moody ini bakalan muncul. Tapi, kalau emang kita selalu buat segala sesuatu itu prioritas, biasanya niat banget ngerjain sampai selesai. Ya ngga sih?

Trus titik penyelesaian tiap orang juga beda-beda sih. Untuk sebagian orang menyelesaikan sesuatu itu harus bener-bener sampai titik selesai tanpa ada yang tersisa baik sebagai pelaku atau pun sebagai pihak orang yang melihat dari luar. Tapi, sebagian orang titik penyelesaiannya juga ada yang hanya sepihak. Baginya sebagai pelaku sudah selesai, tapi bagi pihak lain seperti masih ada yang kurang.

Nah, jadi kamu wahai bocilers yang tiba-tiba ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya, berarti kamu bukan prioritas. Kalau kamu prioritas pastilah diperjuangin. Lihat aja, layanan prioritas di gerai telkomsel, punya antrian tersendiri, dikasi service lebih dibanding jenis layanan lain. Komporrrrr….kwkwkwkwkkw….

Trus bagusnya gimana? Yah gak tau. Aku kan hanya pelaku kehilangan mood mendadak. Wkwkwkwkw…

Jadi gimana? Ini tulisan simpan draft lagi apa lanjut posting? wkkwkw….